Ibrah

Hormatilah Guru, Hampir-hampir Ia Menjadi Seorang Rasul

Oleh: Alvin Qodri Lazuardy

“Berdirilah untuk guru dan penuhilah hak penghormatannya, karena hampir saja seorang guru itu menjadi Rasul.”

Sepenggal syair klasik ini menggambarkan betapa agungnya peran seorang guru dalam kehidupan manusia. Guru bukan sekadar pengajar materi pelajaran, melainkan pembimbing yang mengarahkan jiwa dan raga peserta didik ke jalan kebaikan. Dalam pendidikan, sosok guru adalah pusat yang menghubungkan ilmu (‘ilm), metode (thariqah), dan jiwa (ruh), menjadikannya kunci utama keberhasilan pembelajaran.

Dalam dunia pendidikan, metode yang baik memang penting, tetapi kepribadian dan jiwa seorang guru jauh lebih berpengaruh. Seorang guru yang penuh jiwa mendidik (ruh al-mudarris) mampu mentransfer ilmu dengan cara yang tidak hanya menyentuh pikiran, tetapi juga hati murid-muridnya. Jiwa guru inilah yang membedakan antara sekadar menyampaikan informasi dan menanamkan nilai-nilai kehidupan. Tanpa kehadiran jiwa seorang guru, pendidikan hanya akan menjadi rutinitas kosong tanpa makna mendalam.

Penghormatan kepada guru adalah cerminan penghormatan terhadap ilmu. Dalam tradisi Islam, seorang guru sering dipandang sebagai pewaris para nabi (al-‘ulama waratsatul anbiya). Mereka memikul amanah besar untuk menyampaikan ilmu, membimbing akhlak, dan menanamkan nilai-nilai agama. Bahkan, tanpa kehadiran guru, manusia tidak akan mengenal Tuhan-nya, sebagaimana ungkapan klasik, “Laulal Murabbi ma ‘aroftu Robbi”—tanpa guru, aku tidak akan mengenal Rabb-ku.

Sebagai murid, penghormatan kepada guru dapat diwujudkan secara lahir dan batin. Secara lahiriah, bentuk penghormatan bisa berupa senyuman, mencium tangan, atau menundukkan kepala saat melewati mereka. Selain itu, penghormatan juga berarti memberikan kesejahteraan kepada guru, baik secara moril maupun materiil, sebagai bentuk rasa syukur atas jasa mereka. Di sisi batiniah, penghormatan diwujudkan melalui doa, salam, dan pengakuan atas jasa-jasa guru.

Namun, penghormatan kepada guru bukanlah sesuatu yang mereka tuntut. Guru yang tulus dalam mendidik akan mendapatkan penghormatan secara alami dari murid-muridnya. Meskipun begitu, penting untuk diingat bahwa guru juga manusia biasa yang tidak luput dari kekurangan. Sebagai murid, tugas kita adalah mengambil pelajaran dari kebaikan mereka dan menjadikan kekurangan mereka sebagai bahan renungan untuk perbaikan diri.

Guru tidak hanya mereka yang berseragam atau tercatat dalam sistem pendidikan formal. Mereka yang mengajar di surau-surau kecil, di pelosok pedalaman, atau di tengah keterbatasan juga layak disebut guru sejati. Namun, tak elok jika pengabdian mereka diartikan sebagai alasan untuk mengabaikan kesejahteraan mereka. Keikhlasan tidak semestinya menjadi alasan untuk meniadakan penghormatan dalam bentuk jasmani.

Penghormatan kepada guru adalah pengakuan terhadap peran penting mereka dalam membentuk peradaban. Pepatah mengatakan, “Tanpa guru, tidak ada profesi lain.” Ini menegaskan bahwa apa pun profesi yang ada hari ini, semuanya berawal dari didikan seorang guru. Guru adalah fondasi yang menopang setiap langkah manusia menuju masa depan.

Di era modern ini, akses terhadap informasi memang mudah dan cepat, tetapi pengetahuan tanpa bimbingan seorang guru belum tentu melahirkan keyakinan. Guru bukan hanya jembatan menuju ilmu, tetapi juga penghantar keyakinan yang mampu menghapus keraguan. Peran ini tidak bisa digantikan oleh teknologi atau sumber informasi lainnya.

Pada akhirnya, penghormatan kepada guru adalah bentuk rasa syukur atas cahaya ilmu yang mereka berikan. Guru adalah cahaya di tengah gelapnya kebodohan, membawa murid-muridnya menuju pencerahan. Sebagaimana syair di awal esai ini, kita diajak untuk berdiri, menghormati, dan mengakui peran besar guru dalam kehidupan. Sebab, hampir saja mereka menjadi Rasul—penyampai kebenaran yang membawa kita menuju keyakinan dan kebenaran.

Alvin Qodri Lazuardy, Pendidik dan seorang ayah yang hobi membaca dan menulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *